Minggu, 21 Februari 2010

Tugas Tambahan Achmad Fauzi Sulton (224107015)


BAB II
SINTESIS
2.1. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA(MSDM)
Faktor sumber daya manusia merupakan suatu faktor utama yang dapat menunjang perusahaan di dalam menghasilkan tujuan yang ingin dicapai, meskipun harus juga ditunjang oleh faktor lainnya, seperti modal, tanah dan teknologi. Pada dasamya sumber daya manusia adalah orang-orang secara individu yang mempunyai tingkat kebutuhan yang berbeda-beda dan bekerja untuk memenuhi kebutuhannya.
Menurut Masiow kebutuhan manusia dapat dibedakan menjadi:
1. Basic physiological need (kebutuhan fisiologi).
2. Safety and security need (kebutuhan akan rasa aman).
3. Belonging and social need (kebutuhan social).
4. Esteem and status need (kebutuhan akan penghargaan).
5. Self actualization need (kebutuhan akan aktualisasi diri).
Jenjang kebutuhan tersebut dtatas disusun berdasarkan urutan kebutuhan. Dimana jika kebutuhan tingkat bawah telah terpenuhi maka akan ada keinginan untuk memenuhi tingkat lainnya.
Suatu perusahaan jika menginginkan para karyawannya bekerja dengan produktivitas tinggi maka perusahaan tersebut memenuhi kebutuhan para karyawannya. Salah satu cara untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan karyawannya adalah dengan pemberian kompensasi yang adil dan layak.
Program pembenan kompensasi menurut Filippo (1984:281) dirancang untuk memenuhi 3 hal:
1.       Untuk menarik para karyawan yang cakap kedalam perusahaan.
2.       Untuk memotivasi karyawan mencapat prestasi tinggi.
3.       Untuk menciptakan masa dinas yang panjang.
Sedangkan menurut Hasibuan (2001:118) daiam bukunya yang berjudul “Manajemen sumber daya manusia mengemukakan bahwa : “Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalanatas jasa yang diberikan kepada perusahaan” Kompensasi berbentuk uang artinya kompensasi kompensasi itu dibayar dengan sejumlah uang kepada karyawan yang bersangkutan.. Sedangkan berbentuk barang artinya kompensasi tersebut dibayar dengan barang. Kompensasi dibedakan menjadi 2:
1.       Kompensasi Langsung (direct compentation) Semua penghargaan atau balas jasa yang diterima oteh karyawan baik berupa uang atau barang, yang mempunyai hubungan langsung dengan pekerjaannya, misalnya: gaji, upah, insentif.
2.        Kompensasi Tidak Langsung (indirect compentation) Semua penghargaan atau balas jasa yang diterima oleh karyawan, baik berupa barang atau uang, diluar upah atau gaji yang diterima, dan pemberian ini tidak mempunyai hubungan langsung dengan pekerja, misalnya kesejahteraan karyawan.
Wherter Davis (1993:8) dalam bukunya yang berjudut “personalia management and human resources” mengemukakan bahwa: “produktivitas adalah merupakan rash output organisasi (good and service) dengan inputfmanusia, modal, materi, dan energi)”. Sedangkan kaitan antara kompensasi dengan produktivitas karena kompensasi merupakan salah satu aiat pendorong agar karyawan dapat meningkatkan produktivitas kerja, maka seharusnya pemimpin perusahaan dapat merealisasikan hal tersebut, sehingga dapat diharapkan karyawan memiki gairah kerja yang tinggi.
Karyawan yang memiki motivasi dalam bekerja akan memberikan kinerja yang baik dalam melakukan pekerjaannya sehingga dengan kinerja itu maka menghasilkan peningkatan output yang sesuai dengan target yang ditetapakan, baik peningkatan kualitas maupun kuantitas. Karena peningkatan dalam output inilah yang akan dapat meningkatkan produktivitas.
Dalam suatu perusahaan yang menerapkan sistem kompensasi yang baik, maka perusahaan tersebut telah menerapkan kebijaksanaan yang berharga dan penting bagi manajemen didalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan , sehingga sedapat mungkin mempertahankan semangat dan gairah kerja serta menciptakan iklim kerja yang harmonis dan meningkatkan produktivitas karyawan. Dan uraian diatas penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut
“jika kompensasi yang diberikan meningkat maka akan dapat meningkatkan produktivitas”.

2.2.  KINERJA

Tugas Tambahan Ahmad Yusron (224107236)


PENGARUH PEMBERIAN KOMPENSASI BERUPA PESANGON DAN CUTI AKHIR TAHUN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT.MENAN EXPRESS 20-10-2009

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Penelitian Menjelang era perdagangan bebas yang sebentar lagi akan kita masuki, akan menyebabkan iklim kompetisi yang tinggi disegala bidang yang memaksa setiap perusahaan harus dapat bekerja dengan lebih efisien, efektif, dan produktif. Tingkat kompetisi yang tinggi ini memacu tiap-tiap perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup organisasinya, Dengan demikian maka perusahaan dapat terus berjalan dan memenuhi kebutuhan para anggota organisasi dan kebutuhan konsumen.
Perusahaan dapat bersaing dengan keunggulan yang dimilikinya . keunggulan yang dimiliki perusahaan bisa berasal dari faktor produksi perusahaan yartu material, mesin, sumber daya manusia, modal dan Iain-Iain. Maka perusahaan harus memperhatikan salah satu faktor yang sangat menunjang kegiatan operasi perusahaan yaitu sumber daya manusia. Akhir-akhir ini tampak suatu fenomena administratif pada tingkat yang belum pernah terlihat sebelumnya, yaitu semakin besarnya perhatian semakin banyak pihak terhadap pentingnya manajemen sumber daya manusia.
Perencanaan sumber daya manusia yang menjadi fokus perhatian ialah langkah-langkah tertentu yang diambii oleh manajemen guna menjamin bahwa bagi organisasi tersedia tenaga kerja yang tepat untuk menduduki berbagai kedudukan, jabatan, dan pekerjaan yang tepat pada waktu yang tepat, kesemuanya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran yang telah dan akan ditetapkan. Jelaslah bahwa manajemen sumber daya manusia adalah merupakan unsur terpenting dalam setiap dan semua organisasi.
Manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga mereka mengharapkan dengan bekerja mereka akan mendapatkan balas jasa yang setimpal yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhannya tesebut. Dengan adanya balas jasa yang adil dan layak yang diterima oteh karyawan, maka karyawan akan termotivasi untuk bekerja dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab karena kebutuhannya terpenuhi sehingga produktivitas meningkat.
Semakin meningkatnya produktivitas akan semakin menguntungkan bagi perusahaan maupun karyawan dan akan semakin meningkatkan keunggulan peusahaan dalam bersaing dalam industri. Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan keunggulan dalam sumber daya manusianya, yang berarti juga keunggulan bagi perusahaan, maka perusahaan harus mampu meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Produktivitas suatu organisasi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kompensasi yang layak dan adil.
Karyawan akan merasa dihargai apabila mereka mendapatkan kompensasi(dapat berupa apapun) yang sesuai dengan hasil kerja mereka. Sehingga mereka akan termotivasi untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dengan baik dan bertanggung jawab. Hal ini akan menguntungkan bagi perusahaan karena dengan begitu maka produktivitas yang tinggi dapat dicapai. Oleh karena itu maka perusahaan diharapkan mampu menyusun suatu system kompensasi yang baik, dimana system ini harus menggambarkan pemberian kompensasi yang adil dan wajar bagi setiap jenis pekerjaan yang ada diperusahaan.
Penyusunan system kompensasi berupa pemberian cuti akhir tahun beserta transportasi dan akomodasi terhadap setiap karyawan ini tidaklah mudah, perusahaan harus memperhatikan peraturan yang berlaku dan juga memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi besar kecilnya kompensasi yang akan diberikan. Dengan begitu perusahaan baru akan mampu memberikan kompensasi yang adil dan layak kepada karyawannya.
Bila karyawan merasa telah mendapatkan kompensasi yang sesuai, maka karyawan akan bekerja dengan penuh semangat dan semaksimal mungkin, hal inilah yang akan mendorong produktivitas karyawan. Untuk melihat hubungan antara kompensasi dengan produktivitas karyawan maka penyusun tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Pemberian Kompensasi Berupa Pesangon dan Cuti Akhir Tahun Tehadap Kinerja Karyawan PT.MENAN EXPRESS”.

1.2 Identifikasi Masalah
Seperti diuraikan diatas, perusahaan perlu mendorong para karyawannya untuk dapat bekerja dengan baik, karyawan akan bekerja dengan baik bila perusahaan dapat memenuhi kebutuhan karyawannya. Salah satu cara perusahaan memenuhi kebutuhan karyawan adalah dengan memberikan kompensasi yang adil dan wajar bagi para karyawannya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas para karyawannya. Dengan meningkatnya produktivitas karyawan maka perusahaan mempunyai keunggulan dalam bersaing. kompensasi yang diberikan sesuai dengan sumbangan karyawan yang bersangkutan di dalam perusahaan. Sumbangan yang diberikan karyawan pada perusahaan tergantung pada pendidikan karyawan, ketrampilan yang dimiliki karyawan, dan jabatan yang diduduki.
Pemberian kompensasi juga harus memperhatikan kebutuhan-kebutuhan karyawan karena untuk kebutuhannya karyawan akan bekerja dengan penuh semangat dan juga memperhatikan peraturan-peraturan dan faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya kompensasi yang akan diberikan seperti kemampuan perusahaan, tingkat upah dalam industri dan besamya biaya hidup karyawan.

Dan uraian diatas penulis mengidentirikasikan permasalahan sebagai berikut :
1.       Bagaimana pemberian kompensasi yang dilakukan PT. MENAN EXPRESS?
2.       Bagaimana tingkat produktivitas karyawan di PT. MENAN EXPRESS?
3.       Bagaimana pengaruh kompensasi terhadap produktivitas di PT. MENAN EXPRESS?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan penelitian ini adaiah untuk mengumpulkan data, menganalisa dan menginterpretasikanya guna penyusunan suatu karya ilmiah yang merupakan saLah satu syarat menempuh ujian kelulusan mata kuliah metodologi penelitian pada Sekolah Tinggi Manajemen Transport Trisakti. Dan mendapatkan informasi-informasi penting yang berguna bagi perusahaan maupun penulis. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah :
1.       Untuk mengetahui pemberian kompensasi yang dilaksanakan dilingkungan PT.MENAN    EXPRESS.
2.       Untuk dapat mengetahui tingkat produktivrtas diiingkungan PT.MENAN EXPRESS.
3.       Untuk dapat mengetahui sejauh mana kompensasi berpengamh terhadap produktivitas karyawan PT.MENAN EXPRESS.
1.4  Metodologi Penelitian
Sejalan dengan tujuan penelitian ini diadakan, maka penulis menggunakan metode penelitian deskriptif analisis dan metode korelasional Metode deskriptif adalah suatu metode yang berusaha mengumpulkan, menyajikan, serta manganalisis data sehingga dapat memberikan gambaran yang
cukup jelas pada objek yang diteliti, jadi penulis mengadakan suatu pengamatan langsung terhadap permasalahan tersebut, dengan tujuan agar dapat menarik suatu kesimpulan. Sedangkan metode korelasional adalah suatu metode yang bertujuan meneliti hubungan yang ada diantara dua variable atau lebih. Tehnik pengumpulan data:
1.       Studi literature tehnik pengumpulan data yang berstfat teori yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas dengan cara mempelajari buku literature, catatan perkuliahan serta tulisan lain.
2.       Observasi lapangan. tehnik pengumpulan data dengan cara mengadakan peninjauan dan penelitian secar langsung pada objek data yang diinginkan penulis, yaitu dengan cara:
a.       Wawancara penulis mengadakan wawancara dengan pimpinan dan pejabat perusahaan yang terlibat langsung dengan masalah yang dibahas, sehingga dapat diperoleh data yang memadai untuk dianalisis.
b.      Observasi dengan mengadakan pengamatan fasilitas fisik dan meninjau seluruh kegiatan perusahaan untuk memperoleh gambaran yang nyata mengenai operasi perusahaan.

1.5 Lokasi Penelitian
Penulis mengadakan penelitian ini di PT.MENAN EXPRES yang bergerak di bidang jasa penjualan tiket tour and travel yang berlokasikan di gedung Cik’s, Cikini Jakarta Pusat.

Tugas Tambahan ACH.BACHREN.B.V (224107227)


BAB II
                           Kerangka Teoritis

2. Tinjauan pustaka
2.1    Pengertian etika

Etika secara umum  didefinisikan sebagai perangkat moral atau nilai. Sebagai contoh, perangkat moral atau nilai mencakup hukum dan peraturan, etika bisnis untuk kelompok profesional seperti akuntan publik, dan etika untuk anggota suatu organisasi.

Daftar prinsip – prinsip ini berhubungan dengan karekteristik dan nilai- nilai yang sebagaian besar dihubungkan dengan perilaku etis.

Kejujuran
Bersikap benar, tidak mencuri, tidak berbohong, tidak melenceng
Integritas
Berprinsip, membenarkan filosofi, berani
Loyalitas
Mengungkapkan informasi rahasia dalam konteks profesional, harus menjaga kemampuan membuat pertimbangan profesional
Keadilan
Bersikap adil,. Bertoleransi terhadap perbedaan, tidak memanfaatkan kesalahan orang lain untuk  mendapatkan keuntungan
Bertanggung jawab
Menaati hukum, demokrasi melalui partisipasi, kesadaran sosial dan pelayanan masyarakat, terbuka dalam pengambilan keputusan.
Menghargai orang lain
Menunjukkan penghargaan atas kemulian manusia, personalitas, dan hak setiap orang, memberikan informasi yang dibutuhkan orang lain

Mencapai yang terbaik
Memenuhi tanggung jawab perorangan dan profesioanl, mengembangkan dan memelihara tingkat kompetensi yang tinggi


2.2     Hubungan kode etik akuntan Indonesia dengan auditor

Profesi akuntan dalam menjalankan pekerjaan melayani kepentingan masyarakat publik dibutuhkan sikap profesional untuk melaksanakan kewajibanya. Untuk menjaga nama baik keahlian dan melindungi kepentingan masyaeakat pada umumnya organisasi menetapkan ketentuan mengenai perilaku yang harus dipatuhi oleh para anggotanya secara tertulis, disebut kode etik.

Kode etik indonesia mencakup berbagai aturan yang berkaitan dengan perilaku yang diharapkan dari para akuntan publik. Aturan tersebut mengikuti hal –hal yang berkaitan dengan :

1.                  Kepribadian
Kepribadian mengatur :
a.                   kewajiban semua anggota IAI untuk menjaga nama baik profesi dan menjunjung tinggi etika profesioanal serta hukum yang berlaku di tempat anggota menjalankan profesinya.
b.                  Kewajiban semua anggota IAI untuk mempertahankan intergritas dan objektivitas dalam menjalankan tugasnya.

2.                  Tanggung jawab
a.                   menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tugasnya.
b.                  Menjaga mutu pekerjaan profesional nya.

3.                  kecakapan profesional
kode etik mengatur :
a.                   kewajiban bagi setiap anggota IAI untuk melaksanakan pekerjaan nya berdasarkan standar profesional yang berlaku bagi pekerjaannya.
b.                  Kewajiban bagi setiap anggota IAI untuk mengikat orang – orang yang bekerja dalam pelaksanaan tugas – tugas profesionalnya tuntuk mematuhi kode etik akuntan indonesia.
c.                   Keawajiban bagi setiap anggota IAI untuk sentiasa meningkatkan kecakapan profesionalnya.
d.                  Kewajiban untuk menolak setiap setiap penugasan yang tidak sesuai dengan kecakapan profesionalnya.

                        4.         Kemampuan khusus
Ketentuan khusus dalam kode etik dalamakuntan Indonesia yang mengatur  perilaku anggota IAI, yaitu :
1.                  intergritas,objektivitas, dan independensi
2.                  kecakapan profesional
3.                  pengungkapan informasi rahasia klien
4.                  ikatan  bagi kantor akuntan publik
5.                  pemeliharaan staff / partner dari satu kantor akuntan ke kantor akuntan lain.



Pelanggaran terhadap kode etik
           
Faktor – faktor ekstern yang mempengaruhi adalah :
1.                  kurangnya kesadaran anggota masyarakat ( termasuk anggota KAP) akan kepatuhan terhadap hukum.
2.                  praktek – praktek yang tidak benar dari sebagian usaha yang menyulitkan independensi akuntan publik
3.                  honorariumrelatif rendah untuk pekerjaan auditor

faktor – faktor intern yang mempengaruhi adalah :
1.                  kurangnya kesadaran untuk mengutamakan kode etik dan menjalankan profesi nya sebagai anggota KAP.
2.                  penggunaan tenaga audit yang kurang berkualitas
3.                  tidak adanya perhatian khusus  sebagai pimpinan KAP akan mutu pekerjaan audit mereka

Pemberlakuan kode perilaku
           
Pernyataan etka profesi dan inetrprestasi pernyataan etka profesi berlaku bagi semua anggota IAI untuk semua jasa yang diberikan, baik anggota tersebut berpraktik sebagai akuntan piblik atau tidak, kecuali kalau dinyatakan khusu didalamnya.
Misalnya, bila peraturan ditetapkan terbatas bagi anggota dalam praktik akuntan publik, akan dintakan khusus seperti pasal 6 kode etik akuntan Indonesia. Butir (1) pasal tersebut adalah mengenai independensi yang berbunyi:
Jika terlibat profesi akuntan publik, setiap anggota : harus mempertahankan sikap independen. Ia harus bebas dari semua kepantingan yang bisa dipandang tidak sesuai dengan intergritas maupun objektivitas, tanpa tergantung efek sebenranya dari kepentingan itu.

Kode Etik Akuntan Indonesia

Kelangsungan hidup profesi auditor di Indonesia sangat bergantung kepada kepercayaan masyarakat terutama para pengguna jasa auditor terhadap kualitas jasa yang dihasilkan profesi. Apabila para pemakai jasa auditor tidak memiliki kepercayaan terhadap profesi auditor, maka pelayanan jasa profesi tersebut menjadi tidak efektif. Untuk menjaga kualitas audit, profesi akuntan telah mengembangkan tingkatan rangka aturan yang terdiri dari :
1.                  pembentuk standar adalah sector swasta yang menetapkan standar akuntasi, standar auditing, kode etik, dan pengendalian kualitas.
2.                  aturan kantor akuntan adalah aturan yang diterapkan di dalam kantor akuntan yang berupa aturan dan prosedur untuk menjamin para akuntannya berpraktik sesuai dengan standar professional.

            Kualitas Audit

            Audit memiliki fungsi sebagai proses
 untuk mengurangi ketidakselarasan   informasi yang terdapat antara manajer dan
 para pemegang saham dengan           menggunakan pihak luar untuk memberikan
 pengesahan terhadap laporan             keuangan. Para pengguna laporan keuangan
terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada
 laporan yang telah dibuat oleh auditor.        

            Hal ini berarti auditor mempunyai peranan
 penting dalam pengesahan laporan    keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu
 auditor harus menghasilkan audit      yang berkualitas sehingga dapat mengurangi
 ketidakselarasan yang terjadi antara pihak manajemen dan pemilik.
  

            Namun sampai saat ini belum ada definisi      yang    pasti mengenai bagaimana
            dan apa kualitas audit yang baik itu. Tidak mudah    untuk menggambarkan dan
            mengukur kualitas jasa secara obyektif dengan          beberapa indikator. Hal ini
            dikarenakan, kualitas jasa adalah sebuah konsep yang           sulit dipahami dan       kabur,
 sehingga kerap kali terdapat kesalahan dalam           menentukan sifat dan kualitasnya
 (Parasuraman, et.al 1985 dalam Nurchasanah           dan Rahmanti (2003:49)). Hal ini
            terbukti dari banyaknya penelitian yang         menggunakan dimensi kualitas jasa
 dengan cara yang berbeda-beda.

2.3       Independensi

            Independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh            akuntan publik. Independensi berari bahwa auditor harus jujur, tidak mudah            dipengaruhi dan tidak memihak kepentingan siapapun, karena ia melakukan            pekerjaan nya untuk kepentingan umum. Auditor berkewajiban untuk jujur tidak    hanya pada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan   pihak lain yang meletakkan kercayaan pada pekerjaan auditor tersebut. Sikap           mental  independen tersebut meliputi independen  dalam fakta maupun   independen dalam penampilan.

            Upaya memelihara independensi
1.                  kewajiban hukum
hukuman dijatuhkan pengadilan jika seorang akuntan publik tidak independen, termasuk tindakan kriminal.
           
2.                  peraturan 101, interprestasi dan ketentuannya
pearuran di Amerika serika, interperstasi dan ketentuan yang ada membatasi para akuntan publik dalam hal hubungan keuangan dan bisnisnya dengan klien.

3.                  standar auditing yang berlaku umum
standar umu yang mengharuskan auditor untuk memprtahankan sikiap mental independen untuk semua hal yang berkaitan dengan penugasan.

4.                  standar pengendalian mutu IAI (dan AICPA di Amerika Serikat )
standar pengendalian mutu masyarakat kantor akuntan publik utuk menetapkan kebijakan dan prosedur guna memberikan jaminan ynag cukup bahwa semua pegawainya independen.

5.                  pendivisian perusahaan
pelaporan ketidaksetujuan antara auditor dengan klien, penggantian partner, pembatasan jasa manajemen, dan review dilaksanakan guna mempertinggi independensi.

6.                  komite audit
komite audit adalah anggota dewan komisaris perusahaan klien yang bertanggung jawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen.

7.                  komunikasi dengan auditor pendahulu
auditor prngganti berkomunikasi dengan auditor pendahulu dalam memutuskan apakah akan menerima suatu penugasan atau tidak. Persoalan utama konunikasi adalah informasi yang dapat membantu auditor pengganti untuk menentukan apakah manajemen klien mempunyai intergritas.

       2.4      Intergritas dan Objektivitas

Akuntan publik harus mampu menjaga objektivitas dan intergritasnya, yang mana mengharuskannya untuk bebas dari konflik kepentingan dan mengabaikan fakta – fakta yang tidak benar maupun tidak memaksakan pendapat pribadinya kepada pihak lain.

Intergritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari pengakuan profesional/ intergritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan piblik dan merupakan patokan atau benchmark bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.  Dalam pelaksanaan nya, intergrtitas dapat menerima kesalahan yang tidak sengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip. Intergritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Anggota harus menguji keputusan atau perbuatannya dengan bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang doperlukan oleh seseorang yang berintergritas dan apakah anggota telah menjaga intergritas dirinya.

Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan akuntan publik. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak , jujur serta intelektual, tidak berprasangka, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain. Seorang akuntan saat melakukan pengauditan harus mampu menempatkan dirinya sebaik dan sebebas mungkin sehingga mampu melihat kenyataan secara apa adanya dan mampu menilai secara jujur serta menyajikan sesuai dengan hasil penilaian terhadap kenyataan tersebut.

Faktor – faktor yang mempengaruhi intergritas dan objektivitas
1.                  ketergantungan ekonomis terhadap auditee, yaitu pendapatan partner yang tergantung dari besarnya komposisi total pendapatan kantor akuntan publik dari klien tertentu
2.                  tingkat persaingan yang tinggi dalam pasar audit eksternal seperti, pengurangan terhadap staffnya.
3.                  ketentuan non audit service ( NAS ) oleh auditor, seperti mencari tenaga eksekutif maupun janji servis lainnya oleh pihak auditor.
4.                  fleksibilits standar akuntasi
5.                  besar kecilnya kantor akuntan public ( KAP )
6.                  peranan sebagai komite audit yang beerperan sebagai direktur non eksekutif, dimana mayoritas mempertahankan reputasi pribadinya masing – masing
7.                  kepentingan keuangan pada perusahaan klien, seperti fee audit yang tidak dibayar.
8.                  beban persahaan apabila terjadi perggantian auditor, seperti reaksi pasar dan biaya tambahan bagi manajemen.
9.                  peraturan tentang penugasan dan fee auditor, rotasi partner auditor, misal : minimal 7 tahun serta kebutuhan untuk menunjuk kembali auditor setiap tahun nya.

                  2.5                   Penelitian  terdahulu

Menurut Hanny Wurangian ( 2005 ) berpendapat bahwa auditor mempunyai beberapa tanggung jawab yang berkaitan dengan profesinya., antara lain : (a) mendeteksi dan melaporkan kecurangan ( fraud ), kekeliruan, dan ketidakberesan. Pendeteksian terhadap kekeliruan dan ketidakberesan dapat berupa kekeliruan pengumpulan dan pengolahan data akutansi, kesalahan estimasi akuntasi, kealahan penafsiran prinsip akuntasi tentang jumlah, klasifikasi dan cara penyajian , penyajian laporan keuangan yang menyesatkan serta penyalahgunaan aktiva. (b) mempertahankan sikap independensi dan menghindari konflik kepentingan, dengan bersikap jujur, bebas dari kewajiban klien, dan tidak mempunyai kepentingan dengan klien baik terhadap manajemen maupun pemilik. (c) mengkomunikasikan informasi yang berguna tentang sifat dan hasil proses audit, dimana jika hasil evaluasi yang dilakukan auditor mengindikasikan adanya ancaman terhadap kelangsungan hidup perusahaan, auditor wajib mengevaluasi rencana manajemen yntuk memperbaiki kondisi tersebut. (d ) menemukan tindakan melanggar hukum dan perundangan – undangan oleh satuan usaha dari klien. Penentuan pelanggaran  tersebut bukan hanya berdasarkan kompentensi auditor tetap, namun jugaenurut hasil penilaian ahli hukum.

Menurut Kee dan Knox’s (1970) dalam model “Professional Scepticism Auditor” menyatakan bahwa skeptisisme profesional auditor dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Faktor-faktor kecondongan etika
Faktor-faktor kecondongan etika memiliki pengaruh yang signifikan terhadap skeptisisme profesional auditor. The American Heritage Directory menyatakan etika sebagai suatu aturan atau standar yang menentukan tingkah laku para anggota dari suatu profesi.
2. Faktor-faktor situasi
Faktor-faktor situasi berperngaruh secara positif terhadap skeptisisme profesional auditor. Faktor situasi seperti situasi audit yang memiliki risiko tinggi (situasi irregularities) mempengaruhi auditor untuk meningkatkan sikap skeptisisme profesionalnya.

3. Pengalaman
Pengalaman yang dimaksudkan disini adalah pengalaman auditor dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, maupun banyaknya penugasan yang pernah dilakukan.

Butt (1988) memperlihatkan dalam penelitiannya bahwa auditor yang berpengalaman akan membuat judgement yang relatif lebih baik dalam tugas-tugas profesionalnya, daripada auditor yang kurang berpengalaman. Jadi seorang auditor yang lebih berpengalaman akan lebih tinggi tingkat skeptisisme profesionalnya dibandingkan dengan auditor yang kurang berpengalaman.



2.6    Kerangka pemikiran










                                                                                                           
                                                                                                       Variabel Dependen





            Variabel Independen

            Dari tinjauan teoritis dan beberapa pertimbangan yang berkaitan dengan faktor 0   faktor yang dapat mempengaruhi intergritas dan objektivitas auditor, maka dapat        disusun sebuah hipotesis sebagai berikut :
1)      Kualitas auditor, kemampuan keuangan auditor, hubungan auditor dengan klien,  besar kecilnya klien , jangka waktu audit, lamanya hubungan audit, dan ketaatan terhadap ketentuan serta peraturan yang berlaku secara bersama – sama mempunyai pengaruh terhadap intergritas dan objektivitas auditor pada kantor Akuntan Publik.
2)      Kualitas auditor, kemampuan keuangan auditor, hubungan auditor dengan klien, besar kecilnya klien. Jangka waktu audit, lamanya audit, dan ketaatan terhadap ketentuan serta peraturan yang berlaku secara parsial mempunyai pengaruh terhadap intergritas dan objektivitas auditor pada kantor Akuntan Publik.

BAB I MAGGA RESKI (224107XXX)


BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang Masalah
      Transportasi merupakan merupakan salah satu aspek ekonomi yang sangat dinamis dan mengalami perubahan terus-menerus  sepanjang masa. Jasa penerbangan memiliki keunggulan dari moda transportasi lainnya. Kecepatan yang sangat tinggi, peralatan mesin yang sangat canggih dan crew operasional yang terlatih menjadikan pesawat udara sebagai moda transportasi yang sangat fleksibel. Dalam meningkatkan kemampuan bersaingnya dan meningkatkan kinerja untuk dapat meraih laba.
      Salah satu sektor jasa jasa yang perlu melakukan  pembenahan adalah sektor Ground Handling yaitu pelayanan darat terhadap pesawat udara, penumpang, bagasi, kargo dan pos. PT. Gapura Angkasa merupakan salah satu perusahaan Ground Handling yang menangani jasa transportasi udara yang yang bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan penerbangan nasional maupun internasional.
      Perusahaan Ground Handling mempunyai strategi khusus yang berbeda dari perusahaan lain dalam upaya peningkatan pelayanan salah satunya adalah pelayanan yang diberikan kepada penumpang. Tidak sedikit perusahaan penerbangan yang memberikan kepercayaannya dalam mengurus pelayanannya di Bandar Udara dan Aircraft Ground Handlingnya kepada suatu perusahaan khusus salah satunya Garuda Indonesia Airlines yang mempercayakannya kepada PT. Gapura Angkasa. Garuda Indonesia sebagai perusahaan penerbangan terbesar sering mengalami keterlambatan penerbangan khususnya pada penerbangan untuk tujuan Timur Tengah. Keterlambatan-keterlambatan yang tidak berguna yang terjadi di darat oleh sebuah pesawat akan menimbulkan akibat yang mahal, karena pesawat udara tidak dapat dipergunakan secara maksimal dan akan mengganggu jadwal serta lalu lintas penerbangan lainnya di bandar udara.
      Agar dapat menghadapi persaingan pasar internasional yang sangat sengit, PT. Gapura Angkasa harus bisa memberikan pelayanan yang baik kepada penumpang dengan mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanannya. Perlu disadari pula bahwa masalah ketepatan waktu atau On Time Performance (OTP) sudah menjadi tolak ukur kepercayaan dari pemakai jasa yang menjadi pilihan untuk melakukan perjalanan karena On Time Performance (OTP) merupakan  salah satu faktor yang hakikatnya tugas pokok perusahaan penerbangan untuk mendapatkan muatan sebanyak mungkin. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam dan mengemukakan dalam bentuk sebuah skripsi/karya tulis ilmiah dengan judul ”Analisis Pelayanan Check In Counter PT. Gapura Angkasa Dalam Meningkatkan On Time Performance Penerbangan  PT. Garuda Indonesia Tujuan Timur Tengah di Bandara Soekarno Hatta Tahun 2006-2007”
B.   Perumusan Masalah
  1. Identifikasi Masalah
Dari pengamatan yang dilakukan saat penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Gapura Angkasa ada beberapa masalah yang terjadi sehubungan dengan pelayanan di check in counter, yaitu:
a.       Pelayanan di check in counter PT. Gapura Angkasa dalam menangani penumpang Garuda Indonesia.
b.      Pelayanan di check in counter untuk mencapai target On Time Performance (OTP) belum optimal.
c.       Banyaknya keluhan pelanggan terhadap pelayanan pada saat check in.
d.      Sikap petugas check in counter terhadap keluhan pelanggan.
2.    Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan tersebut diatas,penelitian ini dibatasi hanya pada masalah pelayanan penumpang Garuda Indonesia Airlines di bagian check in counter pada PT. Gapura Angkasa dalam pencapaian On Time Performance (OTP) di bandara Soekarno Hatta Jakarta Tahun 2006-2007.
3.    Pokok Permasalahan
a.       Bagaimana pelayanan check in counter PT. Gapura Angkasa dalam menangani penumpang Garuda Indonesia tujuan Timur Tengah?
b.      Bagaimana perkembangan On Time Performance (OTP) PT. Gapura Angkasa dalam menangani penumpang Garuda Indonesia Tahun 2006-2007 tujuan Timur Tengah?
c.        Bagaimana upaya PT. Gapura Angkasa dalam mencapai target On Time Performance (OTP) dalam melayani penumpang?
d.      Apakah pelayanan di check in counter telah mencapai On Time Performance yang ditargetkan?
           
C.  Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.   Tujuan
a.       Untuk mengetahui pelayanan penumpang Garuda Indonesia Airlines tujuan Timur Tengah di check in counter pada PT. Gapura Angkasa.
b.      Untuk mengetahui perkembangan On Time Performance (OTP) PT. Gapura Angkasa dalam menangani penumpang Tahun 2006-2007 tujuan Timur Tengah.
c.       Untuk mengetahui upaya PT. Gapura Angkasa untuk mencapai On Time Performance (OTP) dalam menangani penumpang.
d.      Untuk mengetahui apakah pelayanan di check in counter telah mencapai On Time Performance yang ditargetkan.
2.   Manfaat
a.       Bagi peneliti
Untuk dapat menambah pengetahuan serta wawasan yang lebih luas mengenai pelayanan di check in counter.
b.      Bagi perusahaan
Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan didalam meningkatkan pelayanan di bagian check in counter untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan.
c.       Bagi lembaga
Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan koleksi perpustakaan dan ini juga dapat dijadikan sebagai bahan koleksi perpustakaan dan bahan acuan bagi peneliti sendiri selanjutnya.
D.  Metodologi Penelitian
1.         Metode Pengumpulan Data
a.       Penelitian Lapangan (Field Research), metode ini dilakukan untuk mendapatkan data yang diperlukan secara langsung terhadap objek penelitian atau perusahaan yang diteliti pada saaat melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
1)      Observasi (pengamatan), yaitu metode pengumpulan data dengan melihat atau mengamati secara langsung terhadap perusahaan yang diteliti dalam hal ini PT. Gapura Angkasa.
2)      Wawancara, yaitu cara memperoleh informasi dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak terkait.
3)      Kuesioner, yaitu metode pengumpulan data dengan mengajukan beberapa pertanyaan berupa kuesioner kapada pihak-pihak yang berhubungan dengan masalah yang dibahas pada penulisan ini.
b.      Penelitian Kepustakaan ( Library Research) adalah suatu metode untuk memperoleh data sekunder melalui studi kepustakaan dengan membaca literatur buku-buku yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.
2.         Metode Analisis Data
      Penulisan skripsi ini menggunakan metode analisis Fishbone Theory atau bisa disebut juga cause and effect diagram. Diagram tersebut digunakan untuk menganalisis persoalan dan faktor-faktor yang menimbulkan persoalan tersebut. Dengan demikian diagram tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan sebab- sebab suatu persoalan. Cause and effect diagram juga disebut Ishikawa Diagram terutama berguna dalam tahap perencanaan karena dapat membantu mengidentifikasi sebab-sebab proses yang mempunyai peranan bagi timbulnya mengidentifikasi sebab-sebab proses yang mempunyai peranan bagi timbulnya efek yang dikehendaki oleh pelanggan.
      Peneliti mencari akar permasalahan pada proses pelayanan penumpang yang menyebabkan pelayanan menjadi tidak tepat waktu dan memberikan solusinya. Analisis Fishbone atau  Cause and Effect Diagram terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut:
a.       Mengumpulkan data tanggapan karyawan atau responden PT. Gapura Angkasa dan pemakai jasa (travel agent/penumpang) mengenai peningkatan pelayanan penumpang Garuda Indonesia di check in counter dilihat dari ketepatan waktunya. Kuesioner yang diserahkan mempunyai dimensi  dan indikator dengan 3 alternatif jawaban dimana:
1)      Jawaban sangat penting diberi bobot 5
2)      Jawaban penting diberi bobot 3
3)      Jawaban tidak penting diberi bobot 1
b.      Menghitung tingkat kesesuaian dan kesenjangan dari pendapat responden.
c.       Menghitung median dari data tingkat kesenjangan dan tentukan rangking dimensi yang bermasalah.
Penulis lakukan dengan pendekatan median menurut (Samsubar Saleh1996:59) dengan rumus:
                                        N+1
                             Md =
                                          2
                   Keterangan : Md adalah posisi data median dan N adalah jumlah data.
·    Jika jumlah data adalah rata-rata dari dua data yang ada ditengah.
·    Jika jumlah data adalah ganjil maka median adalah data yang ada ditengah.
d.      Membuat skala prioritas akar permasalahan sehingga diperoleh ranking  penyebab utama.
e.       Membuat matrik analisis Fishbone Theory, dimana dimensi yang bermasalah dilihat penyebab masalahnya dan akar permasalahan berdasarkan tanggapan responden.
f.       Membuat diagram sebab akibat Fishbone.
g.      Membuat tabel ranking penyebab utamanya .
h.      Membuat diagram sebab akibat Fishbone berdasarkan ranking penyebab utamanya.
i.        Tabel solusi dari akar permasalahan Fishbone Theory.   
E.   Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun pokok bahasan menjadi 5 bab. adapun sistematika data dari skripsi ini adalah sebagai berikut:    
      BAB I : Pendahuluan
                      Dalam bab I yang merupakan bab pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan skripsi.
      BAB II : Landasan Teori
                      Pada bab II ini dikemukakan pengertian tentang jasa angkutan udara, sifat-sifat industri jasa transportasi udara dan karakteristik, pengertian produk, pengertian produk, pengertian marketing, pengertian On Time Performance (OTP), kegiatan Ground Handling terutama check in counter.
       BAB III : Gambaran Umum PT. Gapura Angkasa
                         Pada bab ini menggambarkan secara singkat tentang sejarah perusahaan organisasi, yang terdiri dari dasar hukum terbentuknya perusahaan, struktur organisasi perusahaan serta kegiatan usaha perusahaan.
      BAB IV : Analisis dan Pembahasan
                         Pada bab ini penulis akan menganalisis dan membahas mengenai peningkatan pelayanan penumpang Garuda Indonesia di bagian check in counter untuk mencapai On Time Performance (OTP).
      BAB V : Penutup
                      Bab ini merupakan bab terakhir, berisikan kesimpulan dari bab IV serta penyampaian saran-saran oleh penulis kepada PT. Gapura Angkasa yang mungkin dapat bermanfaat bagi perusahaan.